Mengapa nuklir tidak termasuk energi terbarukan?

08Mar07

Barangkali pernah muncul di dalam benak kita, mengapa energi nuklir bukan termasuk energi terbarukan? Padahal mungkin sering kita dengar argumentasi bahwa energi nuklir tidak ada habisnya. Untuk meyakinkan publik, para pendukung energi nuklir mengatakan bahwa matahari (sebagai sumber energi terbarukan di dunia ini) pada dasarnya merupakan pembangkit energi nuklir alam. Tepatkah argumentasi ini?

Untuk mulai menjawab pertanyaan ini, pertama kita perlu merujuk kembali definisi energi terbarukan. Rupanya ada beberapa definisi mengenai energi terbarukan, diantaranya adalah:

  1. Setiap sumber energi yang secara alamiah dapat dibangkitkan kembali dalam waktu yang singkat dan merupakan turunan langsung maupun tidak langsung dari energi dari matahari atau dari energi pergerakan dan mekanisme alamiah lainnya. Energi terbarukan tidak termasuk sumber energi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, atau produk sisa dari fosil, atau produk sisa sumber non-organik [sumber].
  2. Sumber energi yang secara alamiah tiada habisnya tetapi terbatas dalam alirannya. Energi terbarukan bisa dikatakan tidak akan habis menurut fungsi waktu, akan tetapi energi per satuan waktu yang tersedia terbatas [sumber].

Jika merujuk pada pengertian tersebut sekilas ada peluang energi nuklir masuk dalam kategori ini, dengan asumsi bahwa ketersediaan energi nuklir secara virtual tak terbatas.

Pertanyaanya apakah benar bahwa dengan teknologi yang ada saat in, manusia bisa memanfaatkan energi nuklir dengan tiada habisnya? Jawabannya tenyata tidak. Mengapa?

Teknologi nuklir yang paling banyak digunakan saat ini adalah teknologi fusi fisi dengan bahan bakar sekali pakai (once through). Teknologi ini menggunakan uranium alam sebagai bahan bakar. Dengan jumlah PLTN seperti saat ini, uranium alam yang tersedia akan habis dalam waktu kurang lebih satu abad. Jika jumlah konsumsi energi nuklir meningkat maka tentu akan habis dalam waktu yang lebih singkat.

Ada teknologi yang disebut nuclear spent fuel reprocessing, atau pemrosesan kembali bahan bakar nuklir habis pakai. Dengan teknologi ini sebagian bahan bakar habis pakai dapat digunakan kembali, sehingga cadangan uranium alam yang ada bisa digunakan untuk jangka waktu yang jauh lebih panjang, mungkin hingga ribuan tahun. Namun reprocessing mengandung resiko paparan radiasi yang sangat tinggi karena proses ini dilakukan di luar reaktor dan melibatkan proses kimia yang relatif kompleks serta rentan kecelakaan.

Teknologi yang lain adalah dengan menggunakan reaktor yang disebut fast breeder reactor. Secara teori, teknologi ini bahkan bisa menghasilkan bahan bakar nuklir yang lebih besar dari yang digunakan. Namun demikian, teknologi ini hingga kini masih sekedar konsep. Walaupun sudah dicoba secara experimental, sangat diragukan akan mampu digunakan secara komersial. Disamping itu, teknologi ini mengandung resiko yang sangat besar karena fast breeder reactor membutuhkan pendingin logam cair yang sangat mudah meledak dan jika sampai terjadi kebocoran akan sangat membahayakan lingkungan. Disamping itu pengendalian reactor ini jauh lebih kompleks dari reaktor konvensional, akibatnya, tingkat keandalan reaktor tersebut sangat rendah.

Anggaplah teknologi tersebut dapat direalisasikan, apakah dengan demikian nuklir bisa dikategorikan sebagai energi terbarukan? Jawabnya, sekali lagi tidak.

Kalau kita bandingkan antara sumber energi terbarukan dengan nuklir ada satu perbedaan yang sangat tajam. Energi terbarukan itu bersifat ramah lingkungan sementara dari tinjauan apapun energi nuklir justeru mengancam lingkungan dan membahayakan keselamatan. Mulai dari proses penambangan uranium, konversi dan fabrikasi bahan bakar, pengoperasian, pengelolaan limbah hingga penyimpanan akhir limbah nuklir, semuanya mengancam lingkungan dan keselamatan. Disamping itu perlu diingat, bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh kecelakaan nuklir bersifat irreversible (tidak bisa diperbaiki kembali).

Kalau kita telusuri semua proses tersebut maka tidak terbantahkan bahwa nuklir jauh dari sifat-sifat energi terbarukan, bahkan dampakanya jauh lebih buruk dari energi fosil.



7 Responses to “Mengapa nuklir tidak termasuk energi terbarukan?”

  1. Saya berterima kasih atas keterangan yang sederhana tetapi gamblang tentang hakikat energi nuklir. Sampai sekarang saya hanya instictive berpendapat bahwa nuklir itu bukan RE dan faktor riskonya lebih besar dari energi fosil, tetapi dengan membaca penjelasan sederhana ini, saya menjadi lebih yakin bahwa tenaga nuklir tidak perlu dikembangkan di Indonesia. Kita masih mempunyai cadangan sumber RE yang melimpah, kenapa harus pakai nuklir? maaf, untuk para ahli nuklir kita, saya selalu berfikir, bagaimana kita akan mengelola station pembangkit listrik nuklir dengan aman dan efisien ( yang pertama lebih penting), kalau kita memelihara bis kota, KA, kapal laut, pesawat terbang dan alat transport publik lain saja nggak bsa????? Juga akan sangat ironis, kiranya, kalau RI akan mengoperasikan PLTN pada thn 2016, sedangkan Jerman yang jauh lebih maju dari kita telah menyatakan negara itu harus “bebas nuklir” pada tahun 2017 !!! Sepertinya sejarah terulang terus, kita bangsa yang memakai “teknologi bekas” pakai dari negara yang telah lebih maju. Kapan situasi ini akan kita akhiri bersama????

  2. 2 kurnia2007

    Teknologi nuklir yang paling banyak digunakan saat ini adalah teknologi fusi dengan bahan bakar sekali pakai (once through).Teknologi ini menggunakan uranium alam sebagai bahan bakar. Dengan jumlah PLTN seperti saat ini, uranium alam yang tersedia akan habis dalam waktu kurang lebih satu abad. Jika jumlah konsumsi energi nuklir meningkat maka tentu akan habis dalam waktu yang lebih singkat.

    Maaf! kalimat2 ini harus diralat karena tidak mencerahkan!
    bukan Teknologi fusi bung! he..he!
    tapi fisi, rupanya ini kita perlu belajar lagi tentang reaksi nuklir.
    Bahan bakar uranium untuk PLTN miSaL U235, U238 itu punya waktu paruh yang panjang bisa ribuan tahun. so tidak akan habis dalam waktu singkat

    Trimakasih.
    “Salam Nuclear for peace”

  3. Terima kasih atas ralat salah tulis dalam artikel tersebut (fusi -> fisi). Selain itu, saya memandang tidak ada kalimat lain yang perlu direvisi. Untuk masalah ketersediaan uranium silakan rujuk tulisan berjudul “Spekulasi cadangan uranium dan masa depan PLTN
    Salam, InfoEnergi

  4. 4 kurnia2007

    untuk sdr Jon Respati.
    Jerman samasekali tidak bebas dari “nuclear power”
    sampai saat ini jerman memiliki 17 unit reaktor(6 jenis BWR + 11 PWR)
    bahkan hampir sepertiga listrik jerman disupply oleh PLTN
    tak mungkin 2017 jadi bebas nuklir?dari mana infonya.
    sila baca http://www.uic.com.au/nip46.htm
    Thanks,Wassalam.

  5. 5 ibow

    nuklir,.,.”
    saya setuju dengan akan dibangunnya PLTN di Indonesia.,”
    boleh kita flashback kebelakang mengenai dampak nuklir, tetapi sebelumya kita harus yakin mengenai kemampuan mengenai PLTN di indonesia, karena ada hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya dampak dari nukir.,.,’
    salah satunya dalam proses pemilihan uranium.,.,’
    bagaimana negara ini mau maju, kalau kita hanya bermimpi untuk membangun PLTN saja sudah takut.,,”
    go.,., nuklir.,.,’

  6. 6 Naibaho

    Membicarakan PLTN itu sama dengan membicarakan politik dan strategi…..

    Pada dasarnya saya setuju dgn PLTN ini. Co-Founder, Former Leader of Greenpeace saja mendukung adanya PLTN ini (lebih lanjut klik web di bawah ini)

    http://www.cleansafeenergy.org/AbouttheCoalition/CoChairs/tabid/62/Default.aspx

    Untuk masalah di Jerman, memang POLITIK nya yg mengarahkan kesana (=mengurangi PLTN) ini dikarenakan pemenang politik di sana adalah semacam “Green Party”.
    Mungkin bila partai ini tidak berkuasa lagi,kebijakan di Jerman akan berubah lagi. Mengingat 29,9% listrik di Jerman berasal dari PLTN, dan ketergantungan dgn sumber pembangkit dgn skala besar ini memang dibutuhkan untuk menunjang industri-industri berat di sana.

    Untuk teknologi fusi saat ini sdh mulai dikembangkan juga. Awal-awalnya Kurchatov Institue (Rusia)pd thn 1968 dgn TOKAMAK nya (Toroidalnaya Kamera and Magnitnaya Katushka)yg prosesnya dapat mengeluarkan suhu hingga 10juta derajat.

    Tahun 1982, Amerika juga mencoba mengembangkan teknologi Fusi ini dgn TFTR nya (Tokamak Fusion Test Reactor). Tahun 1994 Reaktor ini bisa menghasilkan daya 11MW. Tahun 2002 TFTR nya ini didecommssioning-kan (alias pensiun)

    Tahun 1983, Culham Lab di UK mengoperasikan JET (Joint Europan Torus)nya, dan Uji coba thn 1997 Daya Fusi yg dihasilkan sebesar 16 MW

    Tahun 1985 Jepang dgn JT-60U nya, juga berhasil melakukan ujicoba dgn ion temperatur yg dihasilkan sebesar 400 juta derajat Kelvin.

    Dapat kita katakan bahwa perkembangan penelitian teknologi Fusi ini cepat sekali seperti perkembangan penelitian Processor Komputer (mulai dri 4004 -> 8080 -> 8086 -> 80286 -> 80386 ->80486 -> Pentium -> Pentium II -> Pentium III -> Pentium 4, sampai saat ini jd Pentium Core 2 Duo )

    Mudah2an teknologi Fusi ini dapat berkembang terus dan pada akhirnya bisa diterapkan sbg Pembangkit Listrik, untuk mendampingi teknologi nuklir secara Fisi yg ada saat ini. (Kedepannya Nuklir bisa menjadi energi terbarukan)

    Sebagai tambahan, saat ini juga sdh dikembangkan teknologi dgn menggunakan bahan bakar Hidrogen dan sdh mulai dikomersilkan.(Misalnya mobil yg berbahan bakar Hidrogen)(lbh lanjut lihat mobilnya:)

    http://media.ford.com/mazda/article_display.cfm?article_id=17134&make_id=227

    Nahhh…. salah satu teknologi yg dapat menghasilkan Hydrogen dgn skala besar (tanpa menghasilkan Gas Karbondioksida, si biang pemanas global) adalah dgn menggunakan Nuklir. (Nuklir lagi..Nuklir lagi…)
    H2O –> H2 + 1/2 O2 (CO2 Free)

    Terkait dengan Fast Breeder reactor, China saat ini memasukkannya sebagai salah satu program nasionalnya. Mereka sedang membangun “China Fast Experimental Reactor” berkapasitas 65MWt.

    Thn 2005 China menggunakan Nuklir sebesar 6,85 GWe (1,34% dari Total kapasitas), dan tahun 2020 akan meningkatkan Nuklirnya menjadi 4%, tahun 2035 merencanakan nuklir sebesar 10% dan tahun 2050 merencanakan nuklir sebesar 50%.
    Kebijakan Nuklir ini dilaksanakan untuk mendukung/menopang pertumbuhan ekonomi mereka yg mencapai diatas 10,7%/thn. DAN TIDAK ADA GERAKAN PENOLAKAN PEMBANGUNAN PLTN DI CINA (NO ANTI-NUCLEAR MOVEMENT).

    Indonesia bagaimana?????
    Bagaimana Industri mau bertumbuh, wong listriknya saja masih megap-megap. Apalagi di Sumatera Utara, pelaku ekonomi (industri) disana menjerit2 karena listrik mati melulu 😦 Kalau industri tdk bertumbuh darimana lagi datangnya pendapatan negara? Mengandalkan Sumber Daya Alam lagi utk dijual?

    “RESOURCES ARE LIMITED, BUT CREATIVITY IS UNLIMITED”

    Pendapat saya, kenapa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir “agak lamban” berkembang? Jawaban salah satunya adalah Karena PERSAINGAN BISNIS !!! Bila PLTN dibangun dimana2, Perusahaan2 Minyak & Gas akan banyak yg bangkrut (tahu kan bagaimana kesejahteraan bekerja terkait dgn OIL COMPANY) (Minyak dan Gas banyak dipakai sbg bahan bakar pembangkit)

    alasan kedua, PLTN ini usianya relatif panjang dan biaya Maintenance murah (Capasity Factornya juga sgt baik), sehingga Pesaing2nya (yg jualan PLTD, PLTU, PLTG/U) ketakutan kehilangan pangsa pasarnya. jadi perusahaan2 yg bergerak di bidang (alasan 1 & 2) tadi mencoba berbagai strategi utk menghambat PLTN ini. Dgn menyebarkan berita2 negatif ttg PLTN ini.

    Kesimpulan dari tulisan saya ini adalah:
    Mari kita gunakan Energi Nuklir secara kreatif untuk mendukung pembangunan nasional kita.

    = May GOD Bless my beloved Indonesia =

    salam,
    Naibaho

  7. 7 kurnia2007

    NUKLIR ENERGY BISA “RENEWABLE”

    Nuclear energy is not renewable if we discard nuclear fuel after one use. This uses, and wastes much of, the only fissile nuclear energy source, uranium-235. The U-235 is just 0.7% of natural uranium.

    But nuclear energy is renewable if we recycle the fuel. The U-235 can then convert the billions of tons of uranium-238 (99.3% of natural uranium) into more fuel. (There are 4.5 billion tons of uranium recoverable just from the oceans.)

    The world also has four times more thorium than uranium; which we can then also convert to U-233 as fuel.Therefore, our nuclear fuel supplies can be ever-increasing; to be renewed for billions of years. This defines “renewable energy.”

    http://world-nuclear.blogspot.com/


Tinggalkan komentar